Selasa, 28 Juli 2009

PENELITIANTINDAKAN KELAS

ABSTRAK

Mulyono, 2009. Peningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Diponegoro malang
dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Skripsi Jurusan Pendidikan matematika. FPIEK IKIP Budi Utomo Malang.
Pembimbing : Drs. Rochsun, M. Kes

Kata kunci : hasil belajar, pembelajaran koperatif, tipe jigsaw.
Sejalan dengan kemajuan dan pesatnya perubahan kurikulum pendidikan saat ini adalah banyaknya strategi dan metode pembelajaran kooperatif yang bermunculan di dunia pendidikan. Dengan demikian guru sangat berperan penting dalam menyampaikan pengetahuan atau pengalaman kepada para siswanya.
Berkaitan dengan hal itu, masalah penelitian dapat penulis rumuskan. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V MI Diponegoro Malang dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw? Rumusan ini dapat penulis rinci sebagai berikut: (a) Bagaimana model rencana pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V MI Diponegoro Malang dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?, (b) Bagaimana model buku guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V MI Diponegoro Malang dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?, (c) Bagaimana model buku siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V MI Diponegoro Malang dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?, (d) Bagaimana hasil belajar siswa Kelas V MI Diponegoro Malang dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?, (e) Bagaimana respon siswa Kelas V MI Diponegoro Malang dalam pembelajaran matematika terhadap model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
Sesuai dengan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V MI Diponegoro Buring Malang Tahun Pelajaran 2008/2009.
Metode yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah metode eksperimental (observasi langsung). Metode observasi langsung terhadap sampel obyeknya, yang kemudian akan dapat diperoleh data hasil belajar matematika siswa kelas V.
Penelitian tindakan kelas dengan judul ” Peningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Diponegoro malang dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw” ini diadakan selama 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 langkah, yaitu: (1) Perencanaan tindakan, (2) Implementasi atau pelaksanaan tindakan (3) Observasi, dan (4) Refleksi.
Populasi penelitiannya adalah seluruh siswa kelas V MI Diponegoro Buring Malang yang terdiri dari 36 siswa, yang terdiri atas 20 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Penerapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Diponegoro Buring Malang, (2) Berdasarkan masing-masing penilaian yakni penilaian pada saat pembelajaran sebelum dan sesudah melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat diperoleh data nilai sebagai berikut : (1) nilai rata-rata siswa sebelumnya adalah 40,67; (2) nilai rata-rata pada siklus I sebesar 62,14; (3) nilai rata-rata pada siklus II sebesar 68,88.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bagi guru agar : (a) model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw agar dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang digunakan guru di sekolah. (b) guru agar lebih inovatif dan banyak melakukan improvisasi dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas. (c) membiasakan diri membuat perangkat pembelajaran sendiri, tidak hanya menggunakan perangkat yang sudah jadi. (d) Guru membiasakan diri membuat LKS sendiri, tidak hanya menggunakan LKS yang sudah jadi.

Malang, 18 Mei 2009

Dosen Pembimbing, Penguji,



Drs. Rochsun, M. Kes Dra. Susilo Bekti, M. Pd
NIP : 131. 947. 777



Mengetahui, Mengesahkan,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika IPA Dekan FPIEK



Drs. Dwi Purnomo, M. Pd Drs. Sulikan, MS
NIP : 131. 908. 827
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
MI Diponegoro, sebuah sekolah yang terletak di kelurahan Buring kecamatan Kedungkandang. Dalam pembahasan masalah metode pembelajaran dan model pembelajaran, guru di MI Diponegoro mungkin sudah tidak asing lagi. Hal tersebut disebabkan dalam tahun 2003-2005 sekolah ini mengikuti program rintisan UNICEF dalam konteks PAKEM dan MBS. Para gurupun kerap kali diminta membuat RPP, silabus dan model pembelajaran yang menyenangkan dalam rangka On Job Training (Pendampingan guru di kelas dan real teaching) yang dilaksanakan oleh UPTD maupun Diknas.
Dalam perkembangan berikutnya, gurupun kembali pada tradisi awal karena kondisi kelas yang sempit, dan dalam tahap renovasi. Praktek-praktek guru di kelaspun mulai jarang dan sorak-sorai anak ketika ada sebuah kelompok yang dapat penghargaan pun sudah jarang terdengar.
Dalam pencapaian prestasi, sebenarnya sekolah MI Diponegoro tidak kalah dengan sekolah negeri dalam satu kelurahan. Tetapi dalam tiga tahun ini perkembangan hasil belajar siswa mulai menurun. Hal ini terlihat dalam perolehan Nilai ulangan harian, nilai ujian akhir semester, maupun Nilai Ujian Nasional, sekolah ini sudah tertinggal jauh dari sekolah negeri. Apalagi dalam perolehan nilai matematika.
Sebagai langkah awal penulis berusaha untuk membangun kembali sumber daya siswa pada kelas V tahun Pelajaran 2008-2009. Data menunjukkan hal yang cukup memprihatinkan ketika melihat hanya 5% siswa mempunyai nilai 60 s/d 80. dan sisanya sebanyak 95 % siswa mempunyai nilai di bawah 60. Dan dari sejumah guru yang mengajar di kelas V tidak ada satupun yang mempraktekan model pembelajaran kooperative.
Pembelajaran yang dilakukan guru matematika MI Diponegoro Malang selama ini adalah pembelajaran dengan urutan sebagai berikut:
1. Menjelaskan objek matematika,
2. Memberi contoh matematika yang baru dijelaskannya,
3. Meminta siswa untuk menyelesaikan soal yang serupa dengan contoh, dan
4. Memberi latihan soal. Latihan soal yang diberikan biasanya cukup bervariasi, diawali dari soal yang mirip dengan contoh sampai dengan aplikasi objek matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika seperti di atas cenderung membuat siswa merasa bosan dan kurang tertarik terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
Selain itu berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis kepada beberapa siswa diperoleh data sebagai berikut :
1. Partisipasi siswa dalam perolehan konsep sangat kurang, karena guru terlalu dominan dalam memberi informasi.
2. Suasana kelas kurang menyenangkan.
3. Kurang motivasi, karena jarang diberi penghargaan.
4. Buku yang dimiliki siswa hanya digunakan untuk mengerjakan latihan soal, sehingga fungsinya hanya untuk mengerjakan PR.
Setelah memperhatikan situasi kelas yang seperti itu, maka perlu dipikirkan cara penyajian dan suasana pembelajaran matematika yang cocok buat siswa, sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Saat ini pemerintah sudah sering mensosialisasikan berbagai model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang disosialisasikan adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif ini memiliki beberapa tipe, yaitu Student teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Investigasi Kelompok, dan pendekatan struktural.
Sebuah penelitan dengan Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memungkinkan setiap siswa dapat berpartisipasi aktif dalam kelompok dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar pelajaran matematika. Dalam tipe Jigsaw ada kelompok asal dan kelompok ahli. Setiap anggota kelompok ahli bertugas menjelaskan materi hasil diskusi kepada kelompok asal. Hal inilah yang memacu siswa untuk berpartisipasi aktif, memacu semangat belajar dan akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V MI Diponegoro Malang dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?”. Secara rinci rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Bagaimana model rencana pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V MI Diponegoro Malang dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?
b. Bagaimana model buku guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V MI Diponegoro Malang dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?
c. Bagaimana model buku siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V MI Diponegoro Malang dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?
d. Bagaimana hasil belajar siswa Kelas V MI Diponegoro Malang dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?
e. Bagaimana respon siswa Kelas V MI Diponegoro Malang dalam pembelajaran matematika terhadap model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
C. Batasan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut :
1. Penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dibatasi hanya pada Standar Kompetensi “Menggunakan Pecahan Dalam pemecahan Masalah”, yang memiliki 4 Kompetensi Dasar, yaitu :
a. Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya.
b. Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan.
c. Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan.
d. Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.
2. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa Kelas V MI Diponegoro Malang, Semester Genap Tahun Pelajaran 2008/2009.

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V MI Diponegoro Malang dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Secara rinci tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mendesain model rencana pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V MI Diponegoro Malang dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatiftipe Jigsaw.
b. Mendesain model buku guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V MI Diponegoro Malang dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
c. Mendesain model buku siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V MI Diponegoro Malang dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
d. Mendeskripsikan hasil belajar siswa Kelas V MI Diponegoro Malang dalam pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
E. Manfaat Penenelitian
Setelah penelitian ini dilaksanakan, diharapkan memberikan manfaat pada berbagai pihak sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
a. Siswa menjadi senang belajar matematika.
b. Menumbuhkan sikap kritis dan demokratis pada siswa.
c. Melatih siswa untuk dapat bekerja sama.
d. Melatih siswa menjadi seorang ahli.
2. Bagi Guru
a. Memperluas wawasan guru mengenai penelitian tindakan kelas dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
b. Sebagai salah satu alternatif dalam melaksanakan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
F. Asumsi Penelitian
1. Tes yang diberikan kepada siswa kelas V MI Diponegoro dilihat dari segi validitas dan reliablenya diasumsikan sudah baik.
2. Instrumen penelitaian berupa angket dan lembar pengamatan sudah baik.
G. Definisi Istilah
1. Hasil belajar yang dimaksud adalah :
a. Adanya Perubahan sikap positif, seperti keterampilan menjawab, memberi contoh, kerjasama, dan motifasi belajar siswa setelah melakukan kegiatan belajar.
b. Meningkatnya perolehan nilai akhir siswa yang diperoleh setelah melakukan ulangan atau tes formatif setiap kompetensi dasar tertentu.
2. Buku siswa merupakan kumpulan dari lembar ahli yang berisi uraian materi masing-masing topik. Selain buku siswa disusun juga LKS untuk tiap kompetensi dasar.
3. Buku guru merupakan pengembangan dari buku paket yang telah ada untuk memudahkan siswa dalam memahami pelajaran yang diterimanya yang berfungsi sebagai sumber lembar ahli dan pedoman bagi guru dalam membimbing siswa.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan pembelajaran yang direncanakan oleh guru sebelumnya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa standar keberhasilan dalam belajar bisa dilihat dari sejauh mana guru dan siswa telah berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ada. Di samping itu hasil belajar juga merupakan suatu indikator yang penting untuk menyatakan kualitas suatu pembelajaran. Secara umum W.S Winkey (1996 : 53) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dalam nilai sikap. Perubahan ini bersifat relatif, konsisten dan membangun.
Dari kutipan tersebut dapat dinyatakan bahwa proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk dapat menggunakan strategi yang tepat dalam proses pembelajaran. Stategi yang digunakan guru selama proses belajar mengajar diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar adalah suatu yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada penelitian ini, peneliti hanya mengamati aspek kognitif. Hasil belajar dari aspek kognitif merupakan kemampuan siswa dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi, baik secara proses maupun di akhir pembelajaran. Hasil akhir dapat diketahui dengan menggunakan salah satu indikator yaitu melalui tes. Hasil tes ini kemudian dianalisis oleh guru dan diberi penilaian.
Penilaian yang dilakukan mengacu pada penilaian berdasarkan KTSP. Dalam KTSP penilaian dilakukan berdasarkan indikator. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian ini, yang secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes merupakan cara untuk memperoleh informasi melalui pertanyaan yang memerlukan jawaban betul atau salah, sedangkan teknik nontes adalah suatu cara untuk memperoleh informasi melalui pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban benar atau salah. Dalam penelitian ini penilaian yang digunakan adalah teknik tes, dan tes yang dilakukan berupa tes akhir yang diberikan kepada siswa berupa tes objektif dengan empat option.
B. Model Pembelajaran
Menurut Joyce (dalam Lince, 2001:13) bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. Sedangkan Arends (1997) menyatakan bahwa model pembelajaran mengacu kepada pendekatan pembelajaran, lingkungan belajar, dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.

C. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar di mana siswa belajar dalam kelompok kecil saling memiliki tingkat kemampuan berbeda. Menurut Thomson (dalam Lince, 2001:14), pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi matematika. Nur (2005:2) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di dalam kelas.Tidak ada lagi sebuah kelas yang sunyi selama pembelajaran. Siswa dapat saling membantu satu sama lain guna menuntaskan bahan ajar akademiknya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya. Contohnya menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe, yaitu Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Investigasi Kelompok, dan pendekatan struktural (Muslimin, 2000:20).

Tabel 1. Perbandingan ke Empat Tipe dalam
Model Pembelajaran Kooperatif
STAD Jigsaw
Investigasi Kelompok Pendekatan
Struktural
Tujuan
Kognitif
Informasi akademik sederhana Informasi akademik sederhana Informasi akademik
Tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri Informasi akademik sederhana

Tujuan
Sosial
Kerja kelompok dan kerja sama
Kerja kelompok dan kerja sama
Kerjasama dalam kelompok komplek
Kerempilan kelompok & keterampilan sosial

Struktur
Tim
Kelompok belajar heterogen dg 4 - 5 orang anggota
Kelompok belajar heterogen dg 4-6 orang anggota menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli
Kelompok belajar dg 5 – 6 anggota homogen
Bervariasi berdua,
bertiga, kelompok
dengan 4 – 6 orang
anggota

Pemilihan
Topik
Pelajaran
Biasanya guru
Biasanya siswa
Biasanya guru
Biasanya guru

Tugas
utama
Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan
materi belajarnya.
Siswa mempelajari
materi dalam kelompok “ahli” kemudian anggota
kelompok asal mempelajari materi
itu.
Siswa menyelesaikan inkuiri kompleks.
Siswa mengerjakan
tugas-tugas yang
diberikan social dan
kognitif.

Penilaian Tes mingguan
Bervariasi, dapat berupa tes mingguan.
Menyelesaikan
proyek dan
menulis lapo-
Bervariasi
ran, dapat
menggunakan
tes essay.
Bervariasi

Pengakuan Lembar pengakuan
dan publikasi lain
Publikasi lain Lembar pengakuan dan publikasi lain
Bervariasi


D. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mempunyai 6 langkah/fase utama sebagai berikut :
Tabel 2. Fase-fase dalam Pembelajaran Kooperatif
Fase Kegiatan Guru

Fase 1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
baik dengan peragaan (demonstrasi ) atau
teks.

Fase 3
Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok –
kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kegiatan yang dilakukan siswa secara kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.

Fase 4
Membantu kerja kelompok
dalam belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka.

Fase 5
Mengetes materi
Guru mengetes materi pelajaran atau
kelompok menyajikan hasil-hasil pekerjaan mereka.

Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru memberikan cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah satu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa orang anggota dalam satu yang bertanggungjawab atas penguasaan materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Nur, 2005:63). Banyaknya anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw biasanya terdiri dari 4 – 6 orang. Setiap anggota kelompok memiliki tugas masing-masing, dan mereka wajib menjelaskan apa yang ditugaskannya itu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang mendapat tugas penguasaan materi itu disebut kelompok ahli. Sedangkan kelompok yang dibentuk pertama kali oleh guru disebut kelompok asal. Jika diilustrasikan akan terlihat seperti gambar berikut :
Kelompok Asal
Kelompok Ahli

Keterangan :
1 = materi ke satu
2 = materi ke dua
3 = materi ke tiga
4 = materi ke empat
5 = materi ke lima
6 = materi ke enam
Kunci keberhasilan Jigsaw adalah saling ketergantungan, yaitu setiap siswa bergantung kepada anggota timnya untuk mendapat informasi yang dibutuhkannya agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Langkah-langkah pokok pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah pembagian tugas, pemberian lembar ahli, mengadakan diskusi, dan mengadakan kuis. Pelaksanaan di dalam kelas diatur sebagai berikut :
1. Siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok yang tiap anggota kelompoknya terdiri atas 6 orang yang bersifat heterogen berdasarkan tingkat kemampuan siswa yang berbeda-beda.
2. Setiap anggota kelompoknya mempunyai nomor urut anggota dalam kelompoknya (1-6).
3. Tiap kelompok mengambil soal untuk dikerjakan.
4. Ketua kelompok mengundi nomor urut anggota kelompok, sehingga anak nomor urut satu menerima amplop soal nomor satu, anak nomor urut dua menerima amplop soal nomor dua, dan seterusnya.
5. Setelah pembagian tugas, siswa yang mendapat tugas sama berkumpul dalam satu kelompok. Selanjutnya kepada kelompok itu diberikan lembar ahli.
6. Membaca. Siswa menerima topik-topik ahli dan membaca bahan yang ditugaskan untuk mencari informasi.
7. Diskusi kelompok. Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu mendiskusikan informasi tersebut dalam kelompok-kelompok ahli.
8. Laporan tim. Setelah selesai berdiskusi, para ahli kembali ke kelompok asal mereka untuk mengajarkan topik-topik mereka kepada teman satu kelompok.
9. Kuis. Siswa mengerjakan kuis individual yang mencakup seluruh topik.
10. Penghargaan Tim. Guru memberikan penghargaan kelompok.


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelas V MI Diponegoro, Kelurahan Buring Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Jumlah murid saat ini sebanyak 36 orang yang terdiri atas 19 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.
Ruang lingkup penelitian meliputi hasil belajar siswa, aktivitas guru dalam melaksanakan RPP yang disusun, serta respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dan perangkat pembelajaran.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini memerlukan waktu selama 1 bulan yang terdiri atas 2 siklus.
B. Siklus Tindakan
Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian tindakan kelas, dan dilakukan sebanyak dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Langkah-langkah yang dilakukan diilustrasikan pada gambar 1. Siklus-siklus Penelitian Tindakan Kelas.
C. Instrumen Penelitian
Sedangkan instrumen penelitian yang dibutuhkan adalah
1. Lembar pengamatan hasil belajar siswa,
2. Lembar pengamatan guru,
3. Angket respon siswa.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus I dihasilkan beberapa perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (merupakan kumpulan lembar ahli), Buku Guru, dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Adapun materi yang dibahas dalam perangkat pembelajaran tersebut adalah pokok bahasan Bilangan Pecahan, yang meliputi mengubah bentuk pecahan, operasi penjumlahan pecahan dan pengurangan pecahan. Langkah-langkah pembelajaran yang disusun dalam RPP didesain sesuai dengan langkah-langkah pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Buku siswa yang disusun merupakan kumpulan lembar ahli berupa uraian materi dari topik-topik yang dibahas. Sedangkan buku guru merupakan panduan bagi guru selama proses pembelajaran. Buku ini memuat buku siswa yang dilengkapi beberapa penjelasan. Sebelum uji coba dilaksanakan, pada bagian akhir buku siswa/lembar ahli diberikan beberapa soal latihan.

b. Pelaksanaan dan Observasi
Tahap ini merupakan pelaksanaan dari RPP yang sudah didesain mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Berikut ini salah satu contoh pelaksanaan pembelajaran di kelas.
1. Pertemuan Pertama (3 Jam Pelajaran = 120 menit)
a. Pendahuluan (15 menit)
1. Guru memulai pelajaran mengacu pada apa yang telah dikenal siswa tentang bilangan pecahan, yaitu dengan cara meminta siswa untuk menyebutkan beberapa contoh bilangan pecahan. Ada beberapa siswa dapat menjawab pertanyaan guru, tetapi yang lain masih merasa kebingungan. Untuk itu penulis berusaha untuk mengingatkan kembali tentang konsep pecahan yang pernah dibahas di kelas IV, yaitu dengan menyajikan beberapa gambar sehinga siswa dapat menyebutkan contoh pecahan. Contoh :

Dari gambar di atas siswa dapat menyebutkan dan sekaligus menjelaskan dari contoh pecahan , dan seterusnya.
2. Guru menyampaikan garis besar tujuan pembelajaran hari itu, yaitu akan membahas materi mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya, penjumlahan dan pengurangan pecahan. Dalam tahap ini ada permasalahan, yaitu anak-anak sama sekali sudah lupa tentang pecahan biasa dan pecahan campuran, pecahan desimal, maupun bentuk persen sehingga penulis perlu sekali lagi menjelaskan kembali tentang hal tersebut.
b. Kegiatan Inti (80 menit)
1. Guru menyampaikan suatu masalah dan menginformasikan bahwa masalah ini dapat diselesaikan dengan berbagai cara dan meminta siswa untuk menyelesaikannya. Siswa yang berani mengemukakan pendapatnya dua orang.
2. Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok heterogen beranggotakan 6 orang, dan meminta siswa untuk duduk sesuai kelompoknya. Kelompok tersebut dinamakan kelompok asal. Rupanya dalam pembagian kelompok ini anak-anak sangat sulit sekali membentuk kelompok sehingga kemampuan penulis dalam mengorganisasikan siswa masih perlu perbaikan.
3. Guru memberikan topik-topik yang akan dibahas pada setiap kelompok, yaitu tentang mengubah pecahan, penjumlahan, dan pengurangan pecahan. Setiap anggota kelompok mendapat tugas satu topik. Dalam kelompok ini setiap anggota kelompok mulai mempelajari materi yang telah disiapkan oleh guru maupun di dalam buku paket siswa. Jika siswa menemui kesulitan disarankan untuk berdiskusi maupun bertanya kepada guru.
4. Guru meminta siswa agar anggota kelompok yang menerima tugas yang sama membentuk kelompok baru, selanjutnya disebut kelompok ahli.
5. Guru memberikan lembar ahli sesuai dengan tugas yang diterima.
6. Siswa membaca dan mengerjakan topik ahli dengan waktu ± 15 menit. Pada kesempatan ini ada beberapa siswa yang bertanya kepada saya. Mereka lebih senang bertanya kepada gurunya daripada berdiskusi dengan anggota kelompok.
7. Guru meminta siswa mendiskusikan topik yang sama dalam kelompok ahli ± 15 menit, serta mengingatkan bahwa setiap siswa harus benar-benar memahami topik yang ditugaskan tersebut, karena mereka harus menjelaskan apa yang mereka diskusikan kepada temannya di kelompok asal. Pada diskusi itu siswa dapat bertanya, mengemukakan pendapat, interupsi, memberi saran, membuat kesimpulan, menulis dan sebagainya. (Ternyata pada pertemua pertama ini siswa tidak melakukan diskusi. Mereka asyik membaca lembar ahli sendiri-sendiri. Bahkan ada di antara mereka yang melakukan perilaku tidak relevan, seperti bercanda, menggoda temannya. Melihat kejadian tersebut penulis mengingatkan kembali bahwa mereka harus diskusi agar semua anggota kelompoknya mengerti. Selanjutnya guru bertanya “Apakah semua anggota sudah dapat menjelaskan kepada kelompok temannya yang ada di kelompok asal? Mereka menjawab “ bisa Pak”. Selanjutnya guru meminta siswa kembali ke kelompok semula.
8. Masing-masing ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik yang dibahas di kelompok ahli pada kelompok asalnya ± 10 menit. Penulis memberikan instruksi bahwa topik yang dibahas pertemuan ini tentang mengubah pecahan. Siswa yang mendapat tugas yang lain akan menjelaskan pada pertemuan berikutnya. Selanjutnya membimbing kelompok belajar tersebut. Sebagian besar siswa enggan memberikan penjelasan kepada temannya. Melihat kejadian itu penulis kembali meminta agar siswa yang mendapat tugas penjumlahan segera menjelaskan kepada anggota kelompoknya. Tetapi tampaknya mereka masih ragu. Mereka belum percaya diri, karena selama ini yang menerangkan materi selalu guru.
9. Guru memberikan LKS-1, dan meminta siswa untuk mengerjakan LKS tersebut selama 15 menit.

c. Penutup (25 menit)
1. Bersama dengan siswa, guru membahas hasil kerja siswa dan dilanjutkan dengan menghitung skor yang diperoleh tiap kelompok.
2. Memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat skor paling tinggi, dan kepada siswa yang paling berprestasi.
3. Membuat rangkuman tentang pembelajaran hari itu, yaitu mengubah pecahan . Waktu menyimpulkan hasil pembelajaran ada beberapa siswa yang berani menyimpulkan beberapa cara mengubah pecahan dari persen ke bentuk pecahan biasa.
4. Menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya, yaitu tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan.
2. Pertemuan Kedua (4 Jam Pelajaran = 160 menit)
a. Pendahuluan (20 menit)
1. Guru menyampaikan garis besar tujuan pembelajaran hari itu, yaitu akan membahas masalah operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan.
2. Siswa menyimak penjelasan guru.
3. Dengan tanya jawab guru mengingatkan kembali tentang KPK yang berfungsi untuk menyamakan penyebut pada pecahan yang mau dikerjakan melalui operasi penjumlahan dan pengurangan. Beberapa siswa sudah mau berpartisipasi menjawab pertanyaan guru.
b. Kegiatan Inti (80 menit)
1. Guru meminta siswa agar duduk berkelompok seperti sebelumnya, yaitu kelompok asal.
2. Guru meminta siswa yang mendapat topik penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan untuk menjelaskan kepada kelompoknya tentang materi itu masing-masing selama ± 10 menit. Pada pertemuan kedua ini siswa sudah mulai berani memberikan penjelasan kepada temannya, tetapi tetap harus disuruh oleh guru dan didampingi. Selain membimbing saya selalu meminta siswa yang bertugas untuk memberikan penjelasan. Tetapi jika yang bersangkutan belum bersedia, maka saya meminta anggota yang lain untuk memberikan penjelasan. Setelah waktu untuk diskusi habis, guru membagikan LKS untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dibahas kelompok.
3. Guru membagikan LKS-2 serta meminta seluruh siswa untuk mengerjakannya selama 30 menit dan tidak boleh bekerja sama. Siswa mengerjakan LKS dengan antusias, bahkan ada siswa yang mengerjakannya sambil nyanyi-nyanyi, sehingga temannya merasa terganggu.

c. Penutup (40 menit)
1. Bersama dengan siswa, guru membahas hasil kerja siswa yaitu LKS-2 dilanjutkan dengan menghitung skor perkembangan.
2. Memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat skor paling tinggi, dan kepada siswa yang paling berprestasi.
3. Membuat rangkuman tentang pembelajaran hari itu, yaitu penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan. Menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya, yaitu masalah perkalian dan pembagian pada bilangan pecahan.
Selama pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru.
Siklus I ini terdiri dari empat tatap muka (dalam 2 minggu). Pada tatap muka ketiga siswa melaksanakan tes formatif I (mengubah pecahan) dan dilanjutkan dengan pembahasan soal dan memberikan penghargaan bagi siswa-siswa yang mempunyai nilai 10 terbaik. Pada tatap muka yang keempat siswa melaksanakan tes formatif II (Penjumlahan dan pengurangan pecahan) dan dilanjutkan dengan pembahasan soal dan memberikan penghargaan bagi siswa-siswa yang mempunyai nilai 10 terbaik. Selanjutnya siswa diminta untuk mengisi angket yang memuat respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Karena jumlah siswa di kelas cukup banyak (39 siswa dengan kehadiran rata-rata sebanyak 92 % atau 36 siswa), sedangkan guru matematika di MI Diponegoro Malang hanya 2 orang, maka untuk mengamati aktivitas siswa peneliti dibantu oleh oleh Bu Masruhiyah. Sedangkan aktivitas guru diamati oleh Kepala Sekolah MI Diponegoro. Hasil pengamatan dari keempat pertemuan tersebut diperoleh data sebagai berikut :
1. Data Aktivitas Siswa Dalam Kelompok
Pertemuan I
Tabel 3. Data Aktifitas Siswa Pertemuan Pertama

Kel. Nama Aktifitas Siswa Dalam Kelompok
Menjawab Pertanyaan Memberikan Contoh Motivasi Belajar Bekerjasama
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
I Umar W. X x x x
Ayu F. x x x x
Qonitatun N. X x x x
Fandi T. x x x x
Ade R. X x x x
Eni S X
II Rizaldi Eko P. X x x x
Anisa Nur F X x x x
Khoirun N X x x x
M. Faqih X x x x
A. Riski X x x x
Alifatur R X x x x
III Bahrul U X x x x
Imama PS X x x x
Lailatul M. X x x x
M. Maksum X x x x
Saiful R X x x x
Aris SR X x x x
IV Fauzi I x x x x
Hafid M X x x x
Sakbandiyah x x x x
Ali Nafila X x x x
Miftahul J X x x x
Taufiq A X x x x
A. Rimawan X x x x
A. Choirul A X x x x
Nabila IL x x x x
A. Rahman X x x x
M. Afrizal X x x x
M. Mirza x x x x
VI Nia Candra X x x x
Fadilatus S x x x x
Amiril M X x x x
Uyun H x x x x
Siti Muna x x x x
Nouval H X x x x
Jumlah 9 12 17 16
Prosentase (%) 25.00 33.33 47.22 44.44

Pertemuan II
Tabel 4. Data Aktifitas Siswa Pertemuan Kedua

Kel. Nama Aktifitas Siswa Dalam Kelompok
Menjawab Pertanyaan Memberikan Contoh Motivasi Belajar Bekerjasama
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
I Umar W. X x x x
Ayu F. x x x x
Qonitatun N. X x x x
Fandi T. x x x x
Ade R. x x x x
Eni S X x x
II Rizaldi Eko P. x x x x
Anisa Nur F X x x x
Khoirun N x x x x
M. Faqih X x x x
A. Riski x x x x
Alifatur R x x x x
III Bahrul U X x x x
Imama PS x x x x
Lailatul M. x x x x
M. Maksum X x x x
Saiful R x x x x
Aris SR X x x x
IV Fauzi I x x x x
Hafid M x x x x
Sakbandiyah x x x x
Ali Nafila x x x x
Miftahul J X x x x
Taufiq A x x x x
A. Rimawan X x x x
A. Choirul A x x x x
Nabila IL x x x x
A. Rahman X x x x
M. Afrizal X x x x
M. Mirza x x x x
VI Nia Candra x x x x
Fadilatus S x x x x
Amiril M X x x x
Uyun H x x x x
Siti Muna x x x x
Nouval H X x x x
Jumlah 22 23 25 25
Prosentase (%) 61.11 63.89 69.44 69.44

Tabel 5. Daftar Nilai Rata-Rata Kuis Siswa

NO NAMA SISWA Nilai LKS Rara-Rata
1 2
1 A. Choirul Anam 15 50 32.50
2 A. Fandi Tamara 75 90 82.50
3 A. Rimawan 30 50 40.00
4 Abdur Rohman 60 70 65.00
5 Achmad Rizki 30 50 40.00
6 Ade Rachella A. 45 50 47.50
7 Alifatur Romadoni 60 70 65.00
8 Amiril Mustofa 15 50 32.50
9 Annisa Nur F. 30 50 40.00
10 Aris Sairur Rofik 45 50 47.50
11 Ayu Fidyah 75 80 77.50
12 Bahrul Ulum 30 50 40.00
13 Choirun Nisa’ 45 50 47.50
14 Eni Siti S. 60 60 60.00
15 Fadlilatus Sholihah 90 90 90.00
16 Hafid Maulana 15 50 32.50
17 Imama Puspita S. 30 50 40.00
18 Lailatul Maghfiro 45 50 47.50
19 M. Afrisal 60 50 55.00
20 M. Ali Nafila K. 60 70 65.00
21 M. Faqih 60 80 70.00
22 M. Fauzi Inzagi 75 50 62.50
23 M. Maksum 45 60 52.50
24 M. Mirza K. 75 90 82.50
25 M. Saiful Rahman 45 40 42.50
26 M. Taufiq Arizal 60 70 65.00
27 M. Umar Wijaya 45 40 42.50
28 Miftahul Jannah 30 50 40.00
29 Nabila Intan Lail 90 100 95.00
30 Naufal Hafid 60 70 65.00
31 Nia Candrawati 45 60 52.50
32 Qonitatun Nisa’ 60 70 65.00
33 Rizaldi Eko P. 30 50 40.00
34 Sa’bandiyah 90 100 95.00
35 Siti Munawaroh 60 80 70.00
36 Uyun Hidayati 75 90 82.50
Rata-Rata Kelas 51.67 63.33 57.50

Tabel 6. Prosentase Rata-rata Aktifitas Siswa Pada Siklus I
No Aktfitas Hasil Belajar Prosentase Rata-Rata (%) Aktifitas Siswa Pada Pertemuan Ke- Rata-Rata
1 2
1 Menjawab Pertanyaan 25.00 61.11 43.06
2 Memberikan Contoh 33.33 63.89 48.61
3 Motivasi Belajar 47.22 69.44 58.33
4 Bekerjasama 44.44 69.44 56.94
Rata-rata 51.73


2. Daftar Nilai Siswa
Tabel 7. Daftar Nilai Siswa

NO NAMA SISWA NILAI RT2 Keterangan
KD1 KD2
1 A. Choirul Anam 45 48 46.5 Belum Tuntas
2 A. Fandi Tamara 70 72 71.0 Tuntas
3 A. Rimawan 45 44 44.5 Belum Tuntas
4 Abdur Rohman 65 64 64.5 Tuntas
5 Achmad Rizki 50 56 53.0 Belum Tuntas
6 Ade Rachella A. 55 68 61.5 Tuntas
7 Alifatur Romadoni 65 76 70.5 Tuntas
8 Amiril Mustofa 45 52 48.5 Belum Tuntas
9 Annisa Nur F. 50 48 49.0 Belum Tuntas
10 Aris Sairur Rofik 55 64 59.5 Belum Tuntas
11 Ayu Fidyah 75 84 79.5 Tuntas
12 Bahrul Ulum 45 56 50.5 Belum Tuntas
13 Choirun Nisa’ 50 68 59.0 Belum Tuntas
14 Eni Siti S. 65 72 68.5 Tuntas
15 Fadlilatus Sholihah 92 88 90.0 Tuntas
16 Hafid Maulana 45 56 50.5 Belum Tuntas
17 Imama Puspita S. 35 44 39.5 Belum Tuntas
18 Lailatul Maghfiro 55 48 51.5 Belum Tuntas
19 M. Afrisal 60 60 60.0 Tuntas
20 M. Ali Nafila K. 65 64 64.5 Tuntas
21 M. Faqih 75 68 71.5 Tuntas
22 M. Fauzi Inzagi 65 60 62.5 Tuntas
23 M. Maksum 65 48 56.5 Belum Tuntas
24 M. Mirza K. 65 76 70.5 Tuntas
25 M. Saiful Rahman 60 52 56.0 Belum Tuntas
26 M. Taufiq Arizal 60 56 58.0 Tuntas
27 M. Umar Wijaya 50 52 51.0 Belum Tuntas
28 Miftahul Jannah 60 48 54.0 Belum Tuntas
29 Nabila Intan Lail 90 100 95.0 Tuntas
30 Naufal Hafid 70 60 65.0 Tuntas
31 Nia Candrawati 65 72 68.5 Tuntas
32 Qonitatun Nisa’ 65 64 64.5 Tuntas
33 Rizaldi Eko P. 40 44 42.0 Belum Tuntas
34 Sa’bandiyah 85 100 92.5 Tuntas
35 Siti Munawaroh 75 64 69.5 Tuntas
36 Uyun Hidayati 80 76 78.0 Tuntas
Rata-Rata Kelas 55.56%



Penelitian ini difokuskan pada hasil belajar siswa yang meliputi beberapa aspek penilaian yaitu :
a. Penilaian Kelompok
1. Penilaian kelompok terdapat 5 aspek penilaian yaitu :
2. Menjawab pertanyaan.
3. Memberi contoh.
4. Motivasi belajar.
5. Bekerjasama .
6. Penilaian kuis/LKS.
b. Penilaian individu
Penilaian individu (siswa) diperoleh dari hasil ulangan formatif tiap kompetensi dasar yang terdapat dalam standar kompetensi menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
3. Data Aktivitas Guru
Aktivitas guru pada siklus I ini menunjukkan perkembangan yang sangat baik. Pada pertemuan pertama guru mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan siswa. Selain itu saat membimbing siswa selama belajar kelompok, guru cenderung memberikan jawaban langsung, tanpa mengalihkan pertanyaan itu ke anggota kelompok yang lain. Namun pada tatap muka berikutnya aktivitas guru tersebut sudah lebih baik. Secara keseluruhan perkembangan aktivitas guru dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Data Aktifitas Guru
No Jenis Aktifitas Pertemuan Ke-
I II III IV
BS L PP BS L PP BS L PP BS L PP
1 Orientasi pembelajaran x x
2 Apersepsi x x
3 Motivasi pembelajaran x x
4 Penjelasan materi pokok pecahan x x
5 Penyajian sumber belajar x x
6 Pengorganisasian kelompok jigsaw x x
7 Suasana belajar x x
8 Pemberian umpan balik x x
9 Pendampingan kelompok belajar x x
10 Materi lembar ahli x x
11 Materi LKS x x
12 Tes Formatif x x

Keterangan : BS = Baik Sekali
L = Layak
PP = Perlu Perbaikan
4. Data Respon Siswa
Setelah tahap pelaksanaan selesai, selanjutnya siswa diminta untuk mengisi angket. Tujuan dari pemberian angket adalah ingin mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Adapun data yang diperoleh sebagai berikut :

Tabel 9. Data Respon Siswa
No Komponen KBM Respons Siswa (%)
Sangat Senang Senang Kurang Senang Tidak
Senang
1 Materi 38.89 47.22 13.89 0
4 Kuis 47.22 47.22 5.56 0
3 Suasana Kelas 27.78 25.00 47.22 0
5 Cara Guru Mengajar 66,67 27,78 5,56 0
Pengalaman Belajar Siswa
Baru Tidak Baru
1 Materi 94.44 5.56
2 LKS
88.89
11.11
3 Suasana Kelas
63.89
36.11
5 Cara Guru Mengajar
100 0

Minat Siswa
Sangat Berminat Berminat Kurang Berminat Tidak Berminat
Minat siswa untuk mengikuti KBM seperti yang telah diikuti sebelumnya 38.89 52.78 8.33 0

c. Refleksi
Dengan memperhatikan respon siswa serta hasil pengamatan baik terhadap siswa maupun terhadap guru, diperoleh hal-hal sebagai berikut.
1. Prosentase rata-rata aktivitas siswa yang termasuk kategori penilaian hasil hasil belajar non tes sebesar 51, 73%.
2. Aktivitas pertama dan kedua, yaitu kemampuan menjawab pertanyaan dan memberikan contoh perlu ditingkatkan, karena baru mencapai 43.06% dan 48.61% pada aktifitas menjawab pertanyaan siswa masih banyak mengalami kendala bahasa indonesia dan memahami perintah dalam kalimat matematika.
3. Berdasarkan catatan di lapangan, pada siklus I ini, siswa masih sering menjawab pertanyaan dengan dibantu teman-temanya, belum berani mengemukakan jawaban sendiri-sendiri.
4. Aktivitas guru dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya makin membaik. Kami selalu memberikan masukan kepada guru setiap selesai mengajar.
5. Karena respon siswa terhadap KBM sangat baik, maka perangkat pembelajaran dan instrumen pada siklus II desainnya tetap seperti pada siklus I.
6. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan, memberi contoh, motivasi belajar, dan kemampuan siswa dalam belajar kelompok maka langkah pembelajaran pada siklus II akan sedikit berubah. Perubahan yang dimaksud adalah sebelum siswa mengerjakan LKS, maka terlebih dahulu setiap kelompok diminta untuk memberikan beberapa contoh masalah seperti yang ada dilembar ahli, tetapi tidak boleh sama dengan yang ada di lembar ahli. Setelah semua kelompok menyampaikan pendapatnya, mereka baru diperbolehkan mengerjakan LKS.
7. Kemampuan siswa dalam mengerjakan LKS perlu ditingkatkan karena hasil penilaian dari LKS inilah yang merupakan jembatan keberhasilan siswa dalam mencapai nilai tes formatif.
8. Ketuntasan belajar siswa masih belum berhasil yaitu masih mencapai 55,56 %, sehingga pada akhir siklus pertama siswa yang masih belum tuntas diberikan remidial berupa menyempurnakan pengerjaan LKS mereka. Tentu saja dalam pengerjaan LKS ini siswa boleh bekerjasama dengan teman-temannya dan selama proses remedial ini peneliti berusaha memberikan bimbingan pada siswa.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Seperti halnya pada siklus I, tahap perencanaan pada siklus II ini dihasilkan perangkat pembelajaran berupa RPP, Buku Siswa, Buku Guru, dan LKS dengan pokok bahasan Bilangan Pecahan, yang meliputi operasi perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan dan menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Sedangkan instrumen yang digunakan sama dengan pada siklus I, yaitu lembar penilaian aktivitas siswa dalam kelompok, dan guru. Kedua instrumen tersebut sama dengan yang digunakan pada siklus I.
b. Pelaksanaan dan Observasi
Tahap ini merupakan pelaksanaan dari RPP yang sudah didesain mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pokok bahasan Bilangan Pecahan. Siklus II ini terdiri dari 4 tatap muka.Pada tatap muka pertama membahas operasi perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan, tatap muka kedua membahas penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala, dan untuk pertemuan ketiga dan keempat dilakukan tes formatif 3 dan 4 seperti halnya pada siklus I.
Selama pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru yang hasilnya sebagai berikut :
1. Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa yang diperoleh pada siklus II diilustrasikan pada
tabel berikut :
Pertemuan I
Tabel 10. Data Aktifitas Siswa Pertemuan Pertama

Kel. Nama Aktifitas Siswa Dalam Kelompok
Menjawab Pertanyaan Memberikan Contoh Motivasi Belajar Bekerjasama
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
I Umar W. X x x x
Ayu F. x x x x
Qonitatun N. X x x x
Fandi T. x x x x
Ade R. x x x x
Eni S X x x
II Rizaldi Eko P. x x x x
Anisa Nur F X x x x
Khoirun N x x x x
M. Faqih x x x x
A. Riski x x x x
Alifatur R x x x x
III Bahrul U X x x x
Imama PS x x x x
Lailatul M. x x x x
M. Maksum X x x x
Saiful R x x x x
Aris SR X x x x
IV Fauzi I x x x x
Hafid M x x x x
Sakbandiyah x x x x
Ali Nafila x x x x
Miftahul J X x x x
Taufiq A x x x x
A. Rimawan X x x x
A. Choirul A x x x x
Nabila IL x x x x
A. Rahman x x x x
M. Afrizal X x x x
M. Mirza x x x x
VI Nia Candra x x x x
Fadilatus S x x x x
Amiril M X x x x
Uyun H x x x x
Siti Muna x x x x
Nouval H X x x x
Jumlah 23 24 25 27
Prosentase (%) 63.89 66.67 69.44 75.00

Pertemuan II
Tabel 11. Data Aktifitas Siswa Pertemuan Kedua

Kel. Nama Aktifitas Siswa Dalam Kelompok
Menjawab Pertanyaan Memberikan Contoh Motivasi Belajar Bekerjasama
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
I Umar W. x x x x
Ayu F. x x x x
Qonitatun N. x x x x
Fandi T. x x x x
Ade R. x x x x
Eni S X x x x
II Rizaldi Eko P. x x x x
Anisa Nur F X x x x
Khoirun N x x x x
M. Faqih x x x x
A. Riski x x x x
Alifatur R x x x x
III Bahrul U X x x x
Imama PS x x x x
Lailatul M. x x x x
M. Maksum X x x x
Saiful R x x x x
Aris SR X x x x
IV Fauzi I x x x x
Hafid M x x x x
Sakbandiyah x x x x
Ali Nafila x x x x
Miftahul J X x x x
Taufiq A x x x x
A. Rimawan X x x x
A. Choirul A x x x x
Nabila IL x x x x
A. Rahman x x x x
M. Afrizal X x x x
M. Mirza x x x x
VI Nia Candra x x x x
Fadilatus S x x x x
Amiril M X x x x
Uyun H x x x x
Siti Muna x x x x
Nouval H x x x x
Jumlah 26 27 29 31
Prosentase (%) 72.22 75.00 80.56 86.11

Tabel 12. Daftar Nilai Rata-Rata Kuis Siswa

NO NAMA SISWA Nilai LKS Rara-Rata
1 2
1 A. Choirul Anam 63 70 66.50
2 A. Fandi Tamara 91 90 90.50
3 A. Rimawan 70 50 60.00
4 Abdur Rohman 63 75 69.00
5 Achmad Rizki 70 65 67.50
6 Ade Rachella A. 84 80 82.00
7 Alifatur Romadoni 91 85 88.00
8 Amiril Mustofa 49 65 57.00
9 Annisa Nur F. 56 70 63.00
10 Aris Sairur Rofik 77 70 73.50
11 Ayu Fidyah 98 85 91.50
12 Bahrul Ulum 49 30 39.50
13 Choirun Nisa’ 77 80 78.50
14 Eni Siti S. 49 55 52.00
15 Fadlilatus Sholihah 98 100 99.00
16 Hafid Maulana 49 65 57.00
17 Imama Puspita S. 42 45 43.50
18 Lailatul Maghfiro 84 90 87.00
19 M. Afrisal 49 65 57.00
20 M. Ali Nafila K. 70 80 75.00
21 M. Faqih 56 80 68.00
22 M. Fauzi Inzagi 63 85 74.00
23 M. Maksum 63 70 66.50
24 M. Mirza K. 84 75 79.50
25 M. Saiful Rahman 49 70 59.50
26 M. Taufiq Arizal 70 65 67.50
27 M. Umar Wijaya 35 45 40.00
28 Miftahul Jannah 56 50 53.00
29 Nabila Intan Lail 98 95 96.50
30 Naufal Hafid 35 80 57.50
31 Nia Candrawati 84 90 87.00
32 Qonitatun Nisa’ 56 85 70.50
33 Rizaldi Eko P. 28 25 26.50
34 Sa’bandiyah 100 100 100.00
35 Siti Munawaroh 49 75 62.00
36 Uyun Hidayati 91 90 90.50
Rata-Rata Kelas 66.56 72.08 69.32

Tabel 13. Prosentase Rata-rata Aktifitas Siswa Pada Siklus II
No Aktfitas Hasil Belajar Prosentase Rata-Rata (%) Aktifitas Siswa Pada Pertemuan Ke- Rata-Rata
1 2
1 Menjawab Pertanyaan 63.89 72.22 68.06
2 Memberikan Contoh 66.67 75.00 70.84
3 Motivasi Belajar 69.44 80.56 75.00
4 Bekerjasama 75.00 86.11 80.56
Rata-rata 73.61


2. Daftar Nilai Siswa
Tabel 14. Daftar Nilai Siswa

NO NAMA SISWA NILAI RT2 Keterangan
KD1 KD2
1 A. Choirul Anam 64 72 68.00 Tuntas
2 A. Fandi Tamara 92 88 90.00 Tuntas
3 A. Rimawan 68 48 58.00 Belum Tuntas
4 Abdur Rohman 60 76 68.00 Tuntas
5 Achmad Rizki 72 68 70.00 Tuntas
6 Ade Rachella A. 84 80 82.00 Tuntas
7 Alifatur Romadoni 88 84 86.00 Tuntas
8 Amiril Mustofa 44 68 56.00 Belum Tuntas
9 Annisa Nur F. 56 72 64.00 Tuntas
10 Aris Sairur Rofik 76 68 72.00 Tuntas
11 Ayu Fidyah 96 84 90.00 Tuntas
12 Bahrul Ulum 52 36 44.00 Tuntas
13 Choirun Nisa’ 76 80 78.00 Tuntas
14 Eni Siti S. 48 56 52.00 Belum Tuntas
15 Fadlilatus Sholihah 96 100 98.00 Tuntas
16 Hafid Maulana 40 68 54.00 Belum Tuntas
17 Imama Puspita S. 44 48 46.00 Belum Tuntas
18 Lailatul Maghfiro 84 92 88.00 Tuntas
19 M. Afrisal 44 64 54.00 Belum Tuntas
20 M. Ali Nafila K. 72 80 76.00 Tuntas
21 M. Faqih 56 80 68.00 Tuntas
22 M. Fauzi Inzagi 60 84 72.00 Tuntas
23 M. Maksum 64 72 68.00 Tuntas
24 M. Mirza K. 88 76 82.00 Tuntas
25 M. Saiful Rahman 48 72 60.00 Tuntas
26 M. Taufiq Arizal 72 68 70.00 Tuntas
27 M. Umar Wijaya 36 44 40.00 Belum Tuntas
28 Miftahul Jannah 56 52 54.00 Belum Tuntas
29 Nabila Intan Lail 92 98 95.00 Tuntas
30 Naufal Hafid 36 56 46.00 Belum Tuntas
31 Nia Candrawati 80 92 86.00 Tuntas
32 Qonitatun Nisa’ 56 76 66.00 Tuntas
33 Rizaldi Eko P. 32 28 30.00 Belum Tuntas
34 Sa’bandiyah 100 100 100.00 Tuntas
35 Siti Munawaroh 44 75 59.50 Belum Tuntas
36 Uyun Hidayati 88 90 89.00 Tuntas
Prosentase Ketuntasan 69.44%


3. Data Aktivitas Guru
Aktivitas guru pada siklus II ini sudah sangat baik. Guru tidak mengalami kesulitan, baik untuk mengorganisasikan siswa, membimbing siswa, juga mengatasi siswa yang berprilaku tidak relevan. Selengkapnya perkembangan aktivitas guru dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 15. Data Aktifitas Guru
No Jenis Aktifitas Pertemuan Ke-
I II III IV
BS L PP BS L PP BS L PP BS L PP
1 Orientasi pembelajaran x x
2 Apersepsi x x
3 Motivasi pembelajaran x x x
4 Penjelasan materi pokok pecahan x x
5 Penyajian sumber belajar x x x
6 Pengorganisasian kelompok jigsaw x x x
7 Suasana belajar x x
8 Pemberian umpan balik x x x
9 Pendampingan kelompok belajar x x x
10 Materi lembar ahli x x
11 Materi LKS x x
12 Tes Formatif x x

Keterangan : BS = Baik Sekali
L = Layak
PP = Perlu Perbaikan

c. Refleksi
Dengan memperhatikan hasil pengamatan baik terhadap siswa maupun terhadap guru, diperoleh hal-hal sebagai berikut.
1. Prosentase rata-rata aktivitas yang termasuk kategori partisipasi aktif sebesar 63,488%.
2. Prosentase aktivitas mengemukakan pendapat meningkat yaitu dari1,24% menjadi 5,5%. Begitu juga pada kategori yang lain, yang termasuk kategori partisipasi aktif. Sedangkan prosentase perilakuyang tidak relevan dan mendengarkan penjelasan teman atau guru menurun. Hal ini menunjukkan perubahan langkah pembelajaran yang digunakan oleh guru cukup efektif dalam memotivasi siswa untuk lebih berani berpendapat.
3. Tingkat kinerja aktivitas guru semakin baik, walaupun masih ada beberapa kekurangan. Misalnya cara mengajukan pertanyaan dan membimbing siswa menyajikan hasil diskusi kelompok. Pada siklus II ini masih ada kelompok yang anggotanya tidak kompak. Walaupun guru sudah berusaha memotivasi mereka, bahwa jika tidak mencoba, maka kita tidak tahu salah benarnya.
B. Pembahasan
Prosentase kenaikan nilai hasil belajar siswa dalam kelompok pada refleksi awal sebesar 21,88%, pada siklus I 51,73% dan pada siklus II 73,61%. Prosentase ini menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran terjadi peningkatan nilai aktifitas siswa dalam kelompok. Pada siklus I siswa lebih senang mendengarkan, melihat dan sering terjadi gurauan dalam kelompok, langsung mengerjakan LKS dan membaca buku siswa. Mereka enggan untuk memberikan penjelasan kepada temannya dan berdiskusi. Ada yang takut salah bahkan ada yang takut temannya menjadi lebih baik nilainya. Kondisi ini dapat dilihat dari prosentase menjawab pertanyaan 43,06%, memberi contoh 48,01%, dan bekerjasama 56,94%, serta motifasi belajar yang masih relatif rendah yaitu sebesar 56,94%. Aktivitas menjawab pertanyaan siswa masih rendah dikarenakan mereka masih sulit berbahasa indonesia dengan baik dan lancar, mereka lebih senang menjawab secara bersamaan. Apabila guru meminta satu orang di antara mereka untuk menjawab, mereka memilih diam. Untuk mengatasi hal ini guru cukup baik dalam memotivasi mereka, yaitu dengan cara memberikan penghargaan baik untuk individu maupun kelompok. Pemberian penghargaan ini sejalan dengan tahapan yang ada pada kooperatif tipe Jigsaw.
Untuk nilai kuis cukup lumayan hasilnya dengan nilai sebelum terjadi pembelajaran tipe jigsaw, meskipun sepenuhnya dapat sesuai dengan hasil yang diharapkan yaitu mencapai rata-rata kelas 57,50. Untuk menilai seberapa jauh keberhasilan proses pembelajaran ini maka pada akhir siklus diadakan tes formatif dan hasilnya mencapai rata-rata 55,56. Hal ini menunjukkan hasil yang kurang memuaskan karena nilai tersebut masih kurang sedikit untuk mencapai nilai ketuntasan kelas yang telah ditetapkan yaitu sebesar 6,00. untuk mengatasi hal ini maka peneliti mengadakan pengayaan materi dan mengadakan remidial untuk siswa masih belum mencapai nilai ketuntasan.
Pada siklus II terjadi perubahan yang cukup baik. Hal ini terlihat dari aktivitas menjawab pertanyaan meningkat dari 43,06% menjadi 68,06%. Prosentase ini mengindikasikan bahwa rasa takut salah dan malu untuk menjawab sudah berkurang meskipun perlu perbaikan dalam berbahasa. Begitu juga pada aktivitas memberi contoh, terjadi peningkatan yang cukup tinggi, yaitu dari 48,61% menjadi 70,84%. Siswa sudah mulai mau berbagi kepada teman-temannya. Bahkan mereka juga sudah berani mengajukan saran atau mengomentari pendapat temannya yang keliru. Motivasi belajar merekapun meningkat. Kalau diperhatikan tiap aktivitas, memang peningkatannya tidak seberapa besar. Tetapi hal ini sudah cukup untuk meningkatkan hasil belajar mereka baik secara kelompok maupun individu. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata nilai kuis dan nilai rata-rata tes formatif tiap kompetensi dasar yang mereka raih.
Untuk siklus kedua nilai rata-rata kuis mereka mencapai 64,94 dan rata-rata tes formatif mencapai 69,44. Hasil ini secara klasikal sudah lebih untuk mencapai nilai ketuntasan, meskipun ada 11 siswa yang memerlukan remedial. Meningkatnya hasil belajar siswa sejalan dengan perkembangan tingkat kinerja guru. Hal ini dapat dilihat dari kinerja guru mulai pertemuan ke satu ke pertemuan lainnya makin baik, sesuai dengan yang didesain dalam RPP.
Respon siswa terhadap materi dalam buku siswa 38,89% menyatakan sangat senang dan 47,22% menyatakan senang. Hal ini menunjukkan bahwa buku siswa yang disusun sesuai dengan yang diharapkan siswa. Respon siswa terhadap LKS 38,89% menyatakan sangat senang dan 52,78% menyatakan senang. Hal ini menunjukkan bahwa LKS yang disusun sesuai dengan tuntutan siswa Respon siswa terhadap suasana kelas sebanyak 27,78% menyatakan sangat senang dan 25,00% menyatakan senang. Jadi pada dasarnya siswa yang menyukai suasana kelas dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebanyak 52,78%. Sementara itu yang menyatakan tidak senang sebanyak 47,22%. Prosentase yang senang dengan yang tidak senang terhadap suasana kelas ini tidak begitu besar perbedaannya. Hal ini disebabkan mereka belum terbiasa dengan suasana yang baru. Para siswa terbiasa duduk dengan rapi untuk menyimak penjelasan dari guru. Sedangkan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, semua siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran. Baik dalam roses pemahaman konsep maupun dalam presentasi. Hal inilah yang menyebabkan siswa kurang menyenangi suasana seperti itu.
Berkenaan dengan cara guru mengajar, sebanyak 66,67% menyatakan sangat senang dan 27,78% menyatakan senang. Jadi cara guru mengajar sudah menyenangkan siswa. Hal ini terjadi karena selama proses pembelajaran guru selalu memberikan motivasi positif dan setiap ada siswa yang berhasil, guru selalu memberikan penghargaan. Penghargaan yang diberikan biasanya berupa pujian. Sementara itu apabila ada siswa yang belum berhasil, peneliti dengan sabar membimbing mereka dengan pertanyaan pertanyaan yang mengarahkan pada pemahaman konsep tersebut. Sehubungan dengan materi buku siswa sebanyak 94,44% menyatakan baru.
Sedangkan terhadap LKS sebanyak 89,89% menyatakan baru, terhadap suasana kelas sebanyak 63,89% menyatakan baru, dan terhadap suasana mengajar sebanyak 100% menyatakan baru. Dengan demikian bentuk buku siswa, LKS, suasana kelas dan cara guru mengajar, menurut para siswa termasuk baru. Dengan kondisi seperti itu penulis mengharapkan agar guru matematika di sekolah tersebut, dapat membuat buku siswa atau LKS sendiri. Selama ini LKS yang digunakan di sekolah tersebut adalah LKS yang dibeli dari penerbit. Dengan adanya LKS yang dibuat oleh guru, siswa akan lebih mudah memahami LKS tersebut, karena bahasa yang digunakan dalam LKS buatan guru sudah mereka kenal dengan baik.
Berhubungan dengan minat siswa terhadap model pembelajaran kooperatip tipe Jigsaw sebanyak 91,67% menyatakan berminat untuk mengikuti pada materi yang lain. Besarnya minat siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, mengindikasikan bahwa model pembelajaran tersebut perlahan-lahan dapat diterima oleh siswa, apalagi siswa merasakan bahwa nilai mereka meningkat setelah melalui pembelajaran ini.
Peningkatan hasil belajar siswa MI Diponegoro sebelum dan sesudah pembelajaran ini dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 16. Perbandingan Nilai Siswa Sebelum Dan Sesudah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
NO NAMA SISWA Sebelum Sesudah
KDSB KD 1 KD 2 KD 3 KD 4
1 A. Choirul Anam 46 45 48 64 72
2 A. Fandi Tamara 56 70 72 92 88
3 A. Rimawan 35 45 44 68 48
4 Abdur Rohman 42 65 64 60 76
5 Achmad Rizki 25 50 56 72 68
6 Ade Rachella A. 39 55 68 84 80
7 Alifatur Romadoni 46 65 76 88 84
8 Amiril Mustofa 32 45 52 44 68
9 Annisa Nur F. 36 50 48 56 72
10 Aris Sairur Rofik 35 55 64 76 68
11 Ayu Fidyah 41 75 84 96 84
12 Bahrul Ulum 37 45 56 52 36
14 Choirun Nisa’ 37 50 68 76 80
15 Eni Siti S. 35 65 72 48 56
17 Fadlilatus Sholihah 70 92 88 96 100
18 Hafid Maulana 39 45 56 40 68
19 Imama Puspita S. 48 35 44 44 48
20 Lailatul Maghfiro 37 55 48 84 92
21 M. Afrisal 39 60 60 44 64
22 M. Ali Nafila K. 35 65 64 72 80
23 M. Faqih 44 75 68 56 80
24 M. Fauzi Inzagi 37 65 60 60 84
25 M. Maksum 44 65 48 64 72
26 M. Mirza K. 39 65 76 88 76
27 M. Saiful Rahman 35 60 52 48 72
28 M. Taufiq Arizal 36 60 56 72 68
29 M. Umar Wijaya 33 50 52 36 44
30 Miftahul Jannah 37 60 48 56 52
31 Nabila Intan Lail 54 90 100 92 98
32 Naufal Hafid 34 70 60 36 56
33 Nia Candrawati 35 65 72 80 92
35 Qonitatun Nisa’ 33 65 64 56 76
36 Rizaldi Eko P. 24 40 44 32 28
37 Sa’bandiyah 76 85 100 100 100
38 Siti Munawaroh 49 75 64 44 75
39 Uyun Hidayati 44 80 76 88 90
Rata-rata 40.67 61.17 63.11 65.67 72.08

Tabel 17. Daftar Peningkatan Hasil Belajar Siswa
NO Aspek Penilaian Hasil Belajar Siklus I Siklus II
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan I Pertemuan II
1 Menjawab Pertanyaan 25.00% 61.11% 63.89% 72.22%
2 Memberi Contoh 33.33% 63.89% 66.67% 75.00%
3 Motivasi Belajar 47.22% 69.44% 69.44% 80.56%
4 Bekerjasama 44.44% 69.44% 75.00% 86.11%
5 LKS 51.67 63.33 66.56 72.08
6 Tes Formatif 61.17 63.11 65.67 72.08
7 Ketuntasan Klasikal 61,11% 61.11% 61.11% 77.78%

Hasil belajar siswa secara Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menuntut siswa lebih aktif dalam perolehan suatu konsep. Apabila siswa sudah terbiasa aktif dalam perolehan suatu konsep, maka siswa tersebut akan lebih mandiri.
Apabila ada guru yang tidak hadir, maka mereka akan terbiasa belajar sendiri baik di kelas maupun di perpustakaan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa Kelas V MI Diponegoro Malang . Adapun langkah dalam pembelajaran matematika dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Mengembangkan RPP yang didesain sesuai dengan langkah-langkah pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Adapun pelaksanaannya diatur sebagai berikut :
a. Pembentukan kelompok asal.
b. Pembagian tugas.
c. Siswa yang mendapat tugas sama berkumpul dalam satu kelompok, dan disebut kelompok ahli.
d. Membaca (siswa membaca buku siswa).
e. Diskusi kelompok (pada kelompok ahli).
f. Laporan tim (menjelaskan pada kelompok asal).
g. Kuis (mengerjakan LKS).
h. Penghargaan tim.
2. Mendesain buku guru. Buku ini merupakan panduan bagi guru untuk membimbing siswa selama proses pembelajaran yang merupakan pengempangan buku paket yang telah ada yang berguna untuk memudahkan pemahaman terhadap siswa.
3. Mendesain buku siswa. Buku siswa ini merupakan kumpulan dari lembar ahli yang berisi uraian materi masing-masing topik. Selain buku siswa disusun juga LKS untuk tiap kompetensi dasar.
4. Setelah dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa, diperoleh dua jenis penilaian yaitu :
a. Prosentase rata-rata penilaian hasil belajar siswa dalam kelompok sebesar 51,73% pada siklus I dan 73,61% pada siklus II.
b. Rata-rata nilai tes formatif siswa sebesar 62,14 pada siklus I dan 68,75. sedangkan prosentase ketuntasan kelas pada siklus I sebesar 55,56 dan 69,44 pada siklus II.
c. Respon siswa terhadap KBM dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw positif. Hal ini dapat dilihat dari prosentase siswa yang merasa sangat senang dan senang terhadap materi sebanyak 86,11%, sangat senang dan senang terhadap LKS sebanyak 91,67%, sangat senang dan senang terhadap cara guru mengajar sebanyak 94,45% dan sangat senang dan senang terhadap suasana kelas sebanyak 52,78%. Selain itu siswa yang sangat berminat dan berminat sebanyak 91,67% untuk mengikuti KBM berikutnya seperti yang telah dilakukan, yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
B. Saran
Berdasarkan simpulan dan temuan di lapangan, maka kami mengajukan beberapa saran berikut ini.
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw agar dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang digunakan guru di sekolah.
2. Guru diharapkan lebih inovatif dan banyak melakukan improvisasi dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas.
3. Guru membiasakan diri membuat perangkat pembelajaran sendiri, tidak hanya menggunakan perangkat yang sudah jadi.
4. Guru membiasakan diri membuat LKS sendiri, tidak hanya menggunakan LKS yang sudah jadi. Hal ini juga berfungsi untuk efektifitas belajar siswa efisiensi dana siswa.


DAFTARPUSTAKA
Ainy, Chusnal (2003). Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dalam Pengajaran
Matematika di Sekolah Dasar. Jurnal Didaktis Vol 2 edisi Juni 2003. Hal. 59-77. Surabaya: FKIP Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Arends, R.L (1997). Classroom Instructional and Management. Central
Connecticut StateUniversity: The Mc.Graw-Hill Companies, Inc.Arikunto,
Suharsimi dkk (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi aksara.

Depdiknas dirjen Dikti (2005). Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan
PenelitianTindakan kelas (Classroom Action Research). Jakarta : Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan ketenagaan perguruan Tinggi.

Winkey, W.S (1996 : 53). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning
Teknik Jigsaw dalam Pembelajaran. Jakarta : Makalah Ilmu Manajemen FKIP Kuningan.

Muslimin, dkk (2000). Pembelajaran Kooperatif. Buku Ajar Pengembangan Guru
Sekolah Menengah. Surabaya : Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.

Nur, Muhammad (2005). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Pusat Sains dan
Matematika Sekolah UNESA.

Sardinian, A.M (1990). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rajawali Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

Lynne Hill. 2008. Pembelajaran Yang Baik. Bulettin PGRI Kuningan (Edisi ke-23
/ Juni 2008).

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : Rineka Cipta.